Artikel ini merupakan tugas matakuliah Sumber Belajar yang dibimbing oleh Bapak Drs. Wahyu Sakti Gunawan Irianto, M.Kom.
Lin Ulfah Minnati (110533430595), PTI 2011 off D, Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang.
Kegiatan
belajar, sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu eratnya
kaitan itu, sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percapakan
sehari-hari kita secara spontan sering mengucapkan istilah kegiatan “belajar-mengajar”
menjadi satu kesatuan. Bahwa kedua kegiatan tersebut berkaitan erat
adalah benar. Namun, benarkah bahwa agar terjadi kegiatan belajar harus
selalu ada orang yang mengajar? Benar pulakah bahwa setiap kegiatan
mengajar pasti selalu menghasilkan kegiatan belajar ? Jawabannya : belum
tentu. Artinya, dalam setiap kegiatan belajar tidak harus selalu ada orang yang mengajar.
Kegiatan
belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu
pula sebaliknya, kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan
kegiatan belajar. Ketika Anda menjelaskan pelajaran di depan kelas
misalnya, memang terjadi kegiatan mengajar. Tetapi, dalam kegiatan itu
tak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar pada setiap siswa yang
Anda ajar. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil hanya apabila dapat
mengakibatkan / menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa. Jadi,
sebenarnya hakekat guru mengajar adalah usaha guru untuk membuat siswa
belajar. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi
agar terjadi kegiatan belajar. Istilah pembelajaran lebih
menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan
pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar
pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si
belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru
tidak dapat “mewakili” belajar untuk siswanya. Seorang siswa belum dapat
dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu
ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang
harus dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya
interaksi antara pebelajar (learner) dengan sumber belajar. Jadi,
belajar hanya terjadi jika dan hanya jika terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi.
Pekerjaan
mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan
materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang merupakan
bagian dari kegiatan mengajar, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih
banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar.
Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap
siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar
yang ada. Guru hanya merupakan salah satu (bukan satu-satunya) sumber
belajar bagi siswa. Selain guru, masih banyak lagi sumber-sumber belajar
yang lain. Lalu, apa sebenarnya sumber belajar itu?
Pada
hakekatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia
sepanjang massa. Jika Anda sependapat dengan asumsi ini, maka pengertian
sumber belajar merupakan konsep yang sangat luas meliputi segala yang
ada di jagad raya ini.
Menurut
Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah
semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan
untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar
itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan
lingkungan/latar.
Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar yang dirancang (learning resources by design)
yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan
pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio,
transparansi (OHT). Jenis sumber belajar yang kedua adalah sumber
belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan ( learning resources by utilization),
yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan
pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli,
pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah,
terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.
Jadi, begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang
semua itu dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi,
guru hanya merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang
ada. Bahkan guru hanya salah satu sumber belajar yang berupa orang,
selain petugas perpustakaan, petugas laboratorium, tokoh-tokoh
masyarakat, tenaga ahli/terampil, tokoh agama, dll. Oleh karena setiap
anak merupakan individu yang unik (berbeda satu sama lain), maka sedapat
mungkin guru memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing siswa. Dengan begitu maka diharapkan kegiatan mengajar
benar-benar membuahkan kegiatan belajar pada diri setiap
siswa. Hal ini dapat dilakukan kalau guru berusaha menggunakan berbagai
sumber belajar secara bervariasi dan memberikan kesempatan sebanyak
mungkin kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber-sumber belajar
yang ada.
Hal
yang perlu diperhatian adalah, agar bisa terjadi kegiatan belajar pada
siswa, maka siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai
sumber belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar hanya mungkin
terjadi jika ada interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar.
Dan inilah yang seharusnya diusahakan oleh setiap pembelajar (instructor, guru)
dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru adalah menyediakan,
menunjukkan, membimbing dan memotivasi siswa agar mereka dapat
berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada. Bukan hanya sumber
belajar yang berupa orang , melainkan juga sumber-sumber belajar yang
lain. Bukan hanya sumber belajar yang sengaja dirancang khusus,
melainkan juga sumber belajar yang tinggal dimanfaatkan. Semua sumber
belajar itu dapat kita temukan, kita pilih dan kita manfaatkan sebagai
sumber belajar bagi siswa kita.
Wujud
interaksi antara siswa dengan sumber belajar dapat bermacam-macam. Cara
belajar dengan mendengarkan ceramah dari guru memang merupakan salah
satu wujud interaksi tersebut. Namun belajar hanya dengan mendengarkan
saja, patut diragukan efektifitasnya. Belajar hanya akan efektif jika si
belajar diberikan banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu, melalui multi-metode dan multi-media.
Melalui berbagai metode dan media pembelajaran, siswa akan dapat banyak
berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki siswa. Barang kali perlu kita renungkan kembali ungkapan China :Saya mendengar saya lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa.
0 komentar:
Posting Komentar