Ini kisahku dulu, delapan bulan yang lalu
tepatnya. Aku ingat dengan jelas bagaimana kisah itu berjalan karena hari itu
adalah hari ulang tahunku.
Aku dan dia sudah setahun lebih
menjalin tali kasih. Jauh-jauh hari sebelum umurku bertambah satu, kami memang
sedang ada sedikit masalah. Yah, you know lah, setiap jalan tidak selalu mulus.
Jujur saja, waktu itu aku sangat malas meladeni kontaknya. Iya, kami
berhubungan jarak jauh, aku di Malang dan dia di Cirebon. Aku warga asli
Cirebon, tapi aku mengais ilmu di tanah tempat banyak buah apel tumbuh. Ratusan
kilometer jarak di antara kami.
Berhari-hari aku mengabaikan, di manapun. Aku
kesal, sangat kesal. Hingga akhirnya malam itu, pernyataan mengejutkanku.
“Kamu tahu gak sekarang aku lagi dimana?”
katanya, melalui SMS.
“Ngga.” Sebenarnya aku penasaran, tapi aku
menahan diri untuk tetap terkesan jutek.
“Aku lagi ada di kereta.”
Deg!
Kereta. Aku punya feeling ketika dia
mengatakan itu. tapi aku berpikir lagi, itu tak akan mungkin terjadi. Pria seperti
dia mana mungkin―
Dia mengirimiku SMS lagi di pagi harinya,
dia memintaku untuk menjemputnya di stasiun. Astaga.. dia benar-benar
melakukannya. Antara percaya dan tidak, aku tetap bersiap-siap untuk pergi ke Stasiun
Kota Baru Malang. Waktu itu aku agak terlambat karena jalanan sedang macet.
Setelah aku habiskan waktu sepuluh menit di
dalam angkutan umum, akhirnya aku kembali menjejakkan kaki di bumi. Dan aku
melihatnya. Berdiri di depan pintu besar stasiun, matanya menelusuri hiruk
pikuk Kota Malang di pagi hari, ia masih mengenakan seragam Polteknya.aku punya
firasat buruk tentang hal itu.
Aku menyeberangi jalan, berjalan di
sela-sela motor yang terparkir rapi. Dia belum melihatku. Ketika aku sampai di
hadapannya, dia tersenyum melihatku. Hatiku mencelos sebenarnya, aku rindu
senyum itu. dia memberikanku dua bingkisan sambil berkata, “Maaf, cakenya jadi
agak berantakan gara-gara kegoyang-goyang pas di kereta tadi.” Aku menerimanya
dalam diam. Dia berkata lagi, “Selamat ulang tahun ya.”
Sepanjang perjalanan, tangannya enggan
melepaskan tanganku. Jari-jari kami bertautan, walaupun sebenarnya aku tidak
ingin seperti ini. Tapi aku akui bahwa aku terharu. Dia bisa sampai ke tempat
ini dengan beralasan kepada orangtuanya untuk menghadiri seminar di Semarang
bersama rombongan kampusnya. Dia melakukan ini semua untukku? Untuk seseorang
yang tidak menginginkannya berada di sini? Dia benar-benar gila.
Maka selama dua hari ini aku menemaninya
pergi. Ke Matos, ke Pasar Minggu, ke taman kota. Kami pergi berdua. Aku menemaninya
seharian. Dia menolak untuk tidur di dekat kostku, dia malah tidur di masjid
tak jauh dari taman kota. Untuk apa sih dia datang jauh-jauh ke sini? Untuk hal
tidak penting seperti ini? Sangat kekanak-kanakan, begitu pikirku saat itu.
Tapi, pada tanggal 2 Desember 2012 sebelum
kepulangannya ke Cirebon pukul 14.45 WIB, detik-detik sebelum kami berpisah
lagi. Aku mulai berpikir, aku jahat sekali ya? Dia melakukan ini semua untukku
tetapi aku malah mengabaikannya, malah mencacinya dengan kata-kata yang tidak
seharusnya aku ucapkan. Aku menolaknya mati-matian.
Jam terus berputar, aku tidak kuat. Sungguh.
Entah ini perasaan berasalah atau tidak ingin melihatnya pergi, tapi saat itu
aku menangis. Aku menangis di tengah keramaian stasiun. Dia merengkuhku ke
dalam pelukannya, membiarkanku menangis di dada bidangnya.
Panggilan itu datang, kereta segera
berangkat dan tibalah waktunya kami berpisah. Aku melihatnya masuk ke gerbang,
aku melihatnya berbalik badan, aku melihatnya memandangku dari sana. Dan aku
menangis lagi.
Setelah aku kembali ke kamar kostku, aku
berpikir bahwa selama dua hari terakhir sebenarnya aku telah melewati hari-hari
yang manis bersamanya. Ya, walaupun aku sempat menolaknya, tapi perasaan ini
sulit aku pungkiri.
12 komentar:
so sweeet sekali ceritanya :)
terus abis itu gimana? ga jutek lagi apa masih jutek? hehe #kepo
terima kasih atas partisipasinya :)
sudah tercatat jadi peserta.
hwaaaa... ceritanya mengharu biruu..
so sweet sekaliii ^^
terimakasih Kakak-Kakak kece ^^
abis itu tuh gimana ya? jutek-jutek dikit lah, mengurangi sedikit kadar kejutekannya. haha.
Sungguh sweet moment yang berkesan. Harusnya kamu bersyukur atas perhatiannya padamu. Di bela-belain dari cirebon ke kota malang lho.
Amazing sekali.
Iya.. mestinya sih gitu.. tapi waktu itu aku lagi kesel banget sama dia. Tapi lama-lama luluh juga kok hehehe~
wah, so sweet ya...
>.<
memang kalau pas marah tuh, aku juga sudah tak mau tahu apa-apalagi.. tetapi kalau udah jernih baru menyesal :D
xD faktanya.. aku juga begitu, hahaha~
Jika kenangan itu sangat berharga bagimu kau tak boleh melupakannya, karena itu berarti kau telah membuang waktumu untuk membuat kenangan yang kau lupakan itu.
Berjalan ke depan bukan berarti melupakan kenangan tapi belajar dari kenangan untuk masa depan yang lebih baik.
waw,,lelaki yang keren :D
Mas Iib : iya.. kalo kata Pak Soekarno mah.. Jas Merah ya
Yulita : hehehe~
hmmm menyentuh banget kisahnya, terbayang aku perasaan sang pria dgn sambutanmu yg "berkesan" biasa...tapi pasti dia kan bahagia tak terkira kalau membaca ttg ini :)...wanita...memang kadang sulit dimengerti hehehe
semoga menjadi penulis kaya raditya dika ..... :-D .... god joob L
Posting Komentar