Selasa, 09 Juli 2013

Sweet Moment? Mungkin Iya, Mungkin Tidak.

Ini kisahku dulu, delapan bulan yang lalu tepatnya. Aku ingat dengan jelas bagaimana kisah itu berjalan karena hari itu adalah hari ulang tahunku.

Aku dan dia sudah setahun lebih menjalin tali kasih. Jauh-jauh hari sebelum umurku bertambah satu, kami memang sedang ada sedikit masalah. Yah, you know lah, setiap jalan tidak selalu mulus. Jujur saja, waktu itu aku sangat malas meladeni kontaknya. Iya, kami berhubungan jarak jauh, aku di Malang dan dia di Cirebon. Aku warga asli Cirebon, tapi aku mengais ilmu di tanah tempat banyak buah apel tumbuh. Ratusan kilometer jarak di antara kami.

Berhari-hari aku mengabaikan, di manapun. Aku kesal, sangat kesal. Hingga akhirnya malam itu, pernyataan mengejutkanku.

“Kamu tahu gak sekarang aku lagi dimana?” katanya, melalui SMS.

“Ngga.” Sebenarnya aku penasaran, tapi aku menahan diri untuk tetap terkesan jutek.

“Aku lagi ada di kereta.”

Deg!

Kereta. Aku punya feeling ketika dia mengatakan itu. tapi aku berpikir lagi, itu tak akan mungkin terjadi. Pria seperti dia mana mungkin―

Dia mengirimiku SMS lagi di pagi harinya, dia memintaku untuk menjemputnya di stasiun. Astaga.. dia benar-benar melakukannya. Antara percaya dan tidak, aku tetap bersiap-siap untuk pergi ke Stasiun Kota Baru Malang. Waktu itu aku agak terlambat karena jalanan sedang macet.

Setelah aku habiskan waktu sepuluh menit di dalam angkutan umum, akhirnya aku kembali menjejakkan kaki di bumi. Dan aku melihatnya. Berdiri di depan pintu besar stasiun, matanya menelusuri hiruk pikuk Kota Malang di pagi hari, ia masih mengenakan seragam Polteknya.aku punya firasat buruk tentang hal itu.

Aku menyeberangi jalan, berjalan di sela-sela motor yang terparkir rapi. Dia belum melihatku. Ketika aku sampai di hadapannya, dia tersenyum melihatku. Hatiku mencelos sebenarnya, aku rindu senyum itu. dia memberikanku dua bingkisan sambil berkata, “Maaf, cakenya jadi agak berantakan gara-gara kegoyang-goyang pas di kereta tadi.” Aku menerimanya dalam diam. Dia berkata lagi, “Selamat ulang tahun ya.”

Sepanjang perjalanan, tangannya enggan melepaskan tanganku. Jari-jari kami bertautan, walaupun sebenarnya aku tidak ingin seperti ini. Tapi aku akui bahwa aku terharu. Dia bisa sampai ke tempat ini dengan beralasan kepada orangtuanya untuk menghadiri seminar di Semarang bersama rombongan kampusnya. Dia melakukan ini semua untukku? Untuk seseorang yang tidak menginginkannya berada di sini? Dia benar-benar gila.

Maka selama dua hari ini aku menemaninya pergi. Ke Matos, ke Pasar Minggu, ke taman kota. Kami pergi berdua. Aku menemaninya seharian. Dia menolak untuk tidur di dekat kostku, dia malah tidur di masjid tak jauh dari taman kota. Untuk apa sih dia datang jauh-jauh ke sini? Untuk hal tidak penting seperti ini? Sangat kekanak-kanakan, begitu pikirku saat itu.

Tapi, pada tanggal 2 Desember 2012 sebelum kepulangannya ke Cirebon pukul 14.45 WIB, detik-detik sebelum kami berpisah lagi. Aku mulai berpikir, aku jahat sekali ya? Dia melakukan ini semua untukku tetapi aku malah mengabaikannya, malah mencacinya dengan kata-kata yang tidak seharusnya aku ucapkan. Aku menolaknya mati-matian.

Jam terus berputar, aku tidak kuat. Sungguh. Entah ini perasaan berasalah atau tidak ingin melihatnya pergi, tapi saat itu aku menangis. Aku menangis di tengah keramaian stasiun. Dia merengkuhku ke dalam pelukannya, membiarkanku menangis di dada bidangnya.

Panggilan itu datang, kereta segera berangkat dan tibalah waktunya kami berpisah. Aku melihatnya masuk ke gerbang, aku melihatnya berbalik badan, aku melihatnya memandangku dari sana. Dan aku menangis lagi.

Setelah aku kembali ke kamar kostku, aku berpikir bahwa selama dua hari terakhir sebenarnya aku telah melewati hari-hari yang manis bersamanya. Ya, walaupun aku sempat menolaknya, tapi perasaan ini sulit aku pungkiri.



12 komentar:

Anonim mengatakan...

so sweeet sekali ceritanya :)
terus abis itu gimana? ga jutek lagi apa masih jutek? hehe #kepo
terima kasih atas partisipasinya :)
sudah tercatat jadi peserta.

Zaitun Hakimiah NS mengatakan...

hwaaaa... ceritanya mengharu biruu..
so sweet sekaliii ^^

Lin Ulfah Minnati mengatakan...

terimakasih Kakak-Kakak kece ^^
abis itu tuh gimana ya? jutek-jutek dikit lah, mengurangi sedikit kadar kejutekannya. haha.

Anonim mengatakan...

Sungguh sweet moment yang berkesan. Harusnya kamu bersyukur atas perhatiannya padamu. Di bela-belain dari cirebon ke kota malang lho.

Amazing sekali.

Lin Ulfah Minnati mengatakan...

Iya.. mestinya sih gitu.. tapi waktu itu aku lagi kesel banget sama dia. Tapi lama-lama luluh juga kok hehehe~

Feyaa Ce mengatakan...

wah, so sweet ya...
>.<

memang kalau pas marah tuh, aku juga sudah tak mau tahu apa-apalagi.. tetapi kalau udah jernih baru menyesal :D

Lin Ulfah Minnati mengatakan...

xD faktanya.. aku juga begitu, hahaha~

Unknown mengatakan...

Jika kenangan itu sangat berharga bagimu kau tak boleh melupakannya, karena itu berarti kau telah membuang waktumu untuk membuat kenangan yang kau lupakan itu.

Berjalan ke depan bukan berarti melupakan kenangan tapi belajar dari kenangan untuk masa depan yang lebih baik.

cinta sang pelangi mengatakan...

waw,,lelaki yang keren :D

Lin Ulfah Minnati mengatakan...

Mas Iib : iya.. kalo kata Pak Soekarno mah.. Jas Merah ya

Yulita : hehehe~

Aulawi Ahmad mengatakan...

hmmm menyentuh banget kisahnya, terbayang aku perasaan sang pria dgn sambutanmu yg "berkesan" biasa...tapi pasti dia kan bahagia tak terkira kalau membaca ttg ini :)...wanita...memang kadang sulit dimengerti hehehe

hendrix jalmi cirebon timur mengatakan...

semoga menjadi penulis kaya raditya dika ..... :-D .... god joob L

Posting Komentar

 
;